The Champion in Our Heart

Juara itu harus diperjuangkan, BUKAN diberikan!
Hidup ini tak lepas dari namanya perjuangan, mulai sejak kecil kita sudah belajar untuk berjuang dari merangkak, berjalan hingga dapat berlari. Tidak hanya itu, sejak kecil juga kita sudah paham tentang pentingnya menjaga kesimbangan karena kita paham, dalam ketidak seimbangan ada resiko jatuh yang akan kita lalui. Dan semua itu memang butuh proses untuk kebaikan kita, untuk langkah maju kita.

Bali United FC lahir dipertengahan Februari 2015 setelah melalui proses yang panjang dan tentunya dengan penuh perjuangan. Di awal kelahirannya, bayi yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali ini mulai dipertanyakan sejarah ceritanya, siapa ibu bapaknya, mulai diolok - olok tentang sebuah club metafisika, dikatakan team mie instan, dicemooh dengan jargon supporter MSG atau supporter karbitan. Kita tidak pernah diam untuk menjelaskan namun apalah arti suara anak bayi diantara sesepuh sepak bola negeri ini.

Sedikit demi sedikit kita mulai berusaha bangkit, mulai mengkoreksi diri untuk lebih baik dengan belajar dari kegagalan kakak - kakaknya terdahulu. Merapikan tata kelola management, mengisi setiap pilar kekuatan dengan pion - pion terbaik, tentunya dukungan dan masukan dari para supporter fanatik. Bali tidak pernah ragu untuk salah, tidak pernah takut untuk kalah. Disetiap kata yang diucap untuk melemahkan, Bali justru menjadi semakin kuat. Hingga akhirnya, liga resmi mulai bergulir.

Perjalanan Bali United di Liga 1 pun tidak semudah yang diharapkan, perjalanan nan sulit pernah kita alami. Pekan ke 6 hingga ke 7 kita hanya bisa bertengger di angka 11. Nyaris menyentuh zona degradasi. Namun pada kenyataanya, pelan - pelan kita ulang strategi, kita tambah amunisi, kita siapkan mental para pemberani dan terbukti, sekarang kita nyaris meraih juara Liga Sirkus ini. Sungguh prestasi yang kita semua nyaris tidak percaya akan pencapaian ini.

Namun, ditengan megahnya gegap gempita laga yang kita lalui, harapan tinggalah harapan. Liga yang seharusnya sangat indah, liga yang profesional, liga yang kita pikirkan sangat berbeda dari liga sebelumnya, ternyata hanyalah sebuah dagelan. Ada dalangnya, ada aktornya, ada penontonnya, dan korbannya? Tentunya seluruh masyarakat Indonesia. Skenario demi skenario telah dijalankan. Ternyata, jika untuk memanipulasi angka, mereka sangat profesional, merekalah jagonya. Skenario dari kelas teri hingga kelas coro mendarat mulus sesuai inginnya. Dan setelah langkah kita semakin mapan ke belakang, kita semua nyaris tidak percaya bahwa gelar juara telah terkavling untuk sebuah tim. Tim yang sebenarnya hebat, namun tidak bermartabat. MEMALUKAN! Usahlah kita membicarakan ini, toh maha mafia sepak bola Indonesia tercinta tak akan peduli dengan harapan kita yang hanya pecinta sepak bola Indonesia.

Janganlah berkecil hati. Tidak perlu kita tingkatkan tensi di nadi. Biarlah Liga ini berjalan hingga episode akhirnya. Karena kita akan selalu percaya bahwa untuk menggapai satu tujuan memang dibutuhkan adanya perjalanan dan pengalaman. Tidak terkecuali kita, yang cukup terlena dengan perjalanan liga. Kita pun dapat menarik kesimpulan, bahwa ternyata poin itu tidak melulu kita didapatkan di lapangan, poin itu pun bisa juga didapatkan dari kongkalikong diatas meja dan secarik tanda tangan.

Bersabar dan ikhlaskan! Hanya itu yang harus kita kakukan. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita harus membiasakan sikap dewasa dalam menerima segala bentuk kecurangan. Tetaplah fokus pada serdadu tridatu, kawal dan ingatkan team jika itu membantu, berikan support selalu untuk sepak bola Bali agar lebih maju. Tanggal 12 November nanti, laga terakhir kita. Kita siapkan barisan yang akan hunuskan kepalan.

Kawan! Siapkan diri kalian untuk malam itu. Malam hitam pekat, malam laknat dimana kita akan luapkan dendam untuk para keparat! Kita rayakan matinya keadilan dan fairplay dalam sepakbola Indonesia. 12 November 2017 kita luapkan segalanya, tunjukkan pada dunia, organisasi sepak bola LEGAL di negara kita penuh kebusukan penuh mafia, tidak profesional, dan penuh kepentingan dari perut perut lapar.

Dalam perjuangan terkadang kita sukses, dan terkadang kita harus belajar. Gagal hanya sebuah ungkapan untuk diri kita yang tidak mau belajar. Karena menjadi luar biasa itu perlu waktu, perlu ada rasa sakit, perlu air mata, perlu dihina, perlu jam terbang yang tinggi, dan semangat yang meraksasa. Untuk Bali United yang lebih baik. Ingat! Laga terakhir nanti akan kita rayakan. Stadion Kapten I Wayan Dipta akan kita getarkan. Kita tunjukkan pada semua, bahwa sebuah kehormatan jauh lebih penting dari pada hanya sebuah hadiah gelar juara liga Indonesia.

Tetaplah menjadi Juara di hati kita semua Bali United FC!